Wednesday, December 7, 2011

Perpisahan di Pulau Dewata......


Seminggu setelah kembali dari Singapore gue melanjutkan traveling ke Pulau Dewata, Bali tanggal 03-06 November 2011. Sepanjang ingatan gue ini adalah kunjungan gue yang ke-7 ke Bali, namun traveling kali ini tidak mengeksplor Pulau Bali namun ditujukan khusus untuk menyaksikan turnamen tenis Commonwealth Bank Tournament of Champions yang berlangsung di Westin Resort Nusa Dua Bali. Turnamen yang tahun lalu sempat heboh dengan kedatangan “tamu tak diundang” Gayus Tambunan (tersangka kasus korupsi pajak) ini merupakan turnamen terakhir yang dilaksanakan di Bali karena sesuai kontrak dengan WTA (Womens Tennis Association – Asosiasi tenis profesional wanita dunia) dengan pihak sponsor yaitu Bank Commonwealth turnamen ini hanya dilaksanakan selama 3 tahun atau 3 kali berturut-turut dan tahun 2011 ini adalah penyelenggaraan yang ke-3.

Commonwealth Bank Tournament of Champions di Bali merupakan turnamen tenis internasional yang hanya diikuti oleh 8 pemain dengan format sistem gugur (sebelumnya dengan sistem group atau round robin) dimana pesertanya yaitu pemain yang minimal pernah menjuarai 1 turnamen kelas internasional (yang berhadiah USD 220rb – dua tingkat di bawah kelas grand slam dan master) dalam satu tahun kalender turnamen  yang diselenggarakan oleh WTA. Enam (6) pemain dengan peringkat WTA tertinggi dan pernah menjuarai turnamen kelas internasional minimal 1x akan langsung lolos ke Bali namun dengan catatan mereka tidak lolos ke Istanbul (turnamen akhir tahun yang juga hanya diikuti oleh 8 pemain namun dengan peringkat teratas WTA yaitu peringkat 1-8). Sedangkan 2 pemain lagi merupakan undangan alias wild card dari WTA. Total hadiah yang disediakan untuk para pemain yaitu USD 600,000 (sekitar Rp 5,4milyar).

Enam pemain yang lolos tahun ini ke Bali yaitu Marion Bartoli (Perancis, WTA-9), Nadia Petrova (Rusia, WTA-31), Sabine Lisicki (Jerman, WTA-18), Anabel Medina Garrigues (Spanyol, WTA-28), Daniela Hantuchova (Slovakia, WTA-23), Roberta Vinci (Italia, WTA 22) serta 2 pemain wild card yaitu  Ana Ivanovic (Serbia, juara bertahan tahun lalu) serta Peng Shuai (China, WTA-16) dan penyelenggaran ke-3 tahun ini tetap diselenggarakan di Westin Resort Nusa Dua Bali di salah satu ruang Convention Centrenya yang “disulap” menjadi lapangan tenis indoor (hard court) yang sangat nyaman.


Hari 1 :

Gue berangkat ke Bali tanggal 03 November 2011 menggunakan maskapai Air Asia yang tiketnya telah gue beli 9 bulan sebelumnya. Karena tanggal penyelenggaraan yang sudah pasti seperti yang tercantum di situs website WTA menguntungkan gue sehingga gue bisa booking tiket jauh-jauh hari, alhasil tiket ke Bali gue dapet di harga promo seharga Rp 190rb saja net  pulang pergi sudah termasuk pajak. Ditambah dengan biaya pemesanan menggunakan kartu kredit sebesar Rp 50rb PP jadi total harga tiket Rp 245rb! Bener-bener harga ajaib hehehe.

Secara tak sengaja ketika membayar pajak bandara (airport tax) di Terminal 3 bandara Soekarno Hatta bertemu dengan rekan lama di Project Sakhalin dulu yaitu Anggi yang pada saat bersamaan akan liburan ke Jogja bersama rekannya. Akhirnya kami reunian di De Green Executive Lounge Terminal 3. Pesawat  lepas landas tepat waktu yaitu pukul 15.05 dan mendarat di bandara Ngurai Rai sekitar pukul 17.50.

Setiba di Ngurai Rai gue langsung keluar untuk mencari angkutan ojek untuk menuju tempat penginapan di kawasan Kuta. Sengaja gue tidak memilih moda angkutan taksi karena kondisi saat itu sangat macet selepas dari pintu keluar bandara menuju Kuta (nggak tahu kenapa belakangan ini terjadi fenomena di Bali apalagi di kawasan airport-Kuta-Legian sangat macet semacet macetnya).

Tarif ojek setelah tawar menawar Rp 50rb, lumayan murah bila harus naik taksi dengan memesan dari loket di dalam bandara berkisar Rp 65rb. Gue memilih ojek agar cepat tiba di hotel untuk check in sebentar dan langsung menuju lokasi pertandingan di kawasan Nusa Dua. Selepas urusan check in hotel dan menyimpan ransel di kamar, gue langsung cabut ke lokasi pertandingan di Westin Resort Nusa Dua untuk menyaksikan pertandingan pembukaan di hari pertama di partai ke-2 yaitu Ana Ivanovic (SRB) vs Roberta Vinci (ITA) yang akan digelar pukul 20.00. 

Tak ada pilihan buat gue saat itu selain harus menggunakan taksi Blue Bird ke Nusa Dua yang akhirnya harus gue bayar dengan tarif 100rb ( ya ampun mahal bener!) untuk jarak dari Kuta-Nusa Dua sekitar 45 menit. Pertandingan pertama sendiri yang mempertemukan Nadia Petrova (RUS) vs Peng Shuai (CHN) tidak sempat saya saksikan karena masih di perjalanan menuju Bali yang dimulai pukul 17.30. Laga pembuka itu sendiri  dimenangkan oleh Nadia Petrova yang menghempaskan Peng Shuai dengan score 6-4, 6-3.

Akhirnya sekitar pukul 19.30 gue tiba di lokasi pertandingan dan langsung menuju ticket box utk menukarkan bukti pembayaran tiket yang gue beli secara online dengan tiket masuk untuk 3 hari pertandingan. Harga tiket termurah Rp 650rb (tiket terusan utk 3 hari, kalau membeli eceran per hari Rp 250rb) untuk Stand B dan D yaitu lokasi tempat duduk di samping pemain sehingga pada saat pemain bergantian melakukan pukulan kepala kita pun ikut bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti gerakan bola hehehehe.


Begitu tiket sudah dalam genggaman tangan, gue langsung ke TKP yang saat itu sedang break menunggu partai ke-2 dimainkan yaitu pertarungan Ana Ivanovic (SRB) vs Roberta Vinci (ITA). Jumlah penonton lumayan ramai malam itu dan berimbang antara penonton lokal dan asing yang didominasi turis yang kebetulan sedang berada di Bali. Gue langsung memilih tempat duduk strategis persis di tengah yang semestinya tempat duduk tersebut dikhususkan buat kalangan media/pers, namun entah mengapa gue luput dari perhatian panitia sehingga gue bisa dapet pewe (posisi uwenak) hehehe.

Tepat pukul 20.00 pertandingan Ana Ivanovic dan Roberta Vinci dimulai. Pesona kecantikan Ana Ivanovic sebagai juara bertahan tahun lalu memang belum pudar dan memang Ana menjadi favorit penonton untuk menjuarai turnamen ini kembali, termasuk gue yang juga mengunggulkan Ana utk menjadi juara. Dengan permainan yang cantik dikombinasikan dengan pukulan keras dari Ana, membuat Roberta Vinci tidak berdaya dan Ana hanya membutuhkan waktu selama 90 menit untuk mengalahkan Roberta Vinci dengan skor 6-3, 6-3. Sungguh penonton dipuaskan dengan suguhan pertandingan malam itu di mana dapat melihat langsung penampilan petenis tingkat dunia berlaga.



Kelar pertandingan gue langsung menelpon Pak Putu, sang sopir Blue Bird yang mengantar gue ke Westin Resort sebelumnya untuk menjemput gue kembali di lobby Convention Centre. Ternyata sang sopir selesai mendrop gue tidak keliling lagi mencari penumpang namun menunggu gue sampai selesai menonton di lapangan parkir. Sengaja gue pilih taktik “membooking” Pak Putu untuk menghindari antrian taksi yang pasti akan sangat ramai selesai bubar pertandingan apalagi saat itu waktu hampir menuju pukul 22.00 sehingga gue khawatir supply taksi akan susah.

Ternyata gue baru sadar kalau gue belum makan malam, pantes aja gue merasa lapar saat di dalam taksi, akhirnya gue langsung memberitahukan Pak Putu untuk melipir dulu ke Warung Pedas Ibu Andika di Jln Raya Kuta sebelum kembali ke Hotel. Tempat makan yang buka selama 24 jam non stop ini berlokasi di depan Supermarket Supernova dan hanya berjarak sepelemparan batu dengan Joger, toko kaos yang kondang itu. Warung makan ini merupakan tempat wajib yang gue kunjungi setiap berkunjung ke Bali karena selain makanannya enak juga harganya bersahabat selain jam bukanya juga yang 24 jam nonstop. Sebenarnya menu yang disajikan tidak terlalu istimewa namun sambalnya yang pedas itu yang menjadi magnet atau daya tarik  bagi pengunjung untuk makan di situ khususnya bagi pecinta rasa pedas.  Namun bagi yang tidak suka dengan rasa pedas yang menyengat itu bisa memilih sambal yang tidak terlalu pedas sehingga pengunjung mempunyai alternatif.



Waktu menunjukkan pukul 22.30 malam itu namun pengunjung masih saja mengalir memenuhi tempat duduk yang tersedia. Sempat gue ajak Pak Putu untuk makan bersama, namun beliau menolak dengan halus dengan alasan sudah makan pada saat menunggu gue di Westin. Akhirnya beliau menunggu di taksi dan gue makan sendiri malam itu. Menu yang  gue pilih yaitu ayam gulai, ikan teri goreng dan tumis sayur kacang panjang+tauge ditambah dengan minuman teh botol gue tebus dengan harga Rp 23 rb. Termasuk murah.....


Pukul 23.30 gue tiba di hotel dan membayar ongkos taksi sebesar Rp 125rb (seumur-umur baru kali ini naik taksi harus membayar dalam bilangan ratusan ribu hiks). Oh ya selama di Bali gue menginap di Tune Hotels di Jl. Kahyangan Suci (belakang Kuta Square). OK gue cerita sedikit mengenai hotel tempat gue menginap ini. Tune Hotels merupakan hotel yang berada 1 group dalam naungan bisnis kelompok usaha Air Asia. Di Indonesia, Tune Hotels baru terdapat di Bali yaitu di Kuta dan Legian. Rencananya di tahun 2012 ini, Tune Hotels akan melakukan ekspansi dengan membuka beberapa hotel baru di beberapa kota di Indonesia (salah satunya Jakarta).  


Seperti halnya dengan Air Asia, kita dapat melakukan pemesanan kamar secara online dengan membayar menggunakan kartu kredit dan bila beruntung pada saat mereka sedang mengadakan promo kita bisa mendapatkan harga “miring” bila melakukan pemesanan jauh-jauh hari. Gue memilih Tune Hotels yang berlokasi di daerah Kuta karena letaknya yang sangat strategis, selain berada di belakang komplek pertokoan Kuta Square, untuk mencapai Pantai Kuta pun dapat dijangkau dengan berjalan kaki selama 10 menit. Gue memilih kamar single dengan harga Rp 145.200 (net, sdh termasuk tax & service). Harga ini termasuk cukup murah apalagi gue baru melakukan pemesanan 1 bln sebelumnya secara online.

Fasilitas di dalam kamarpun bisa tergolong cukup bagus. Selain kamar dan toiletnya bersih, tempat tidurnya pun spring bed dengan kualitas yang bagus dan empuk. Yang gue suka dari kamar ini yaitu shower di toilet mengucur dengan deras dan tidak tanggung-tanggung sehingga benar-benar merasa segar pada saat mandi. Tersedia pula Safe Deposit Box untuk menyimpan barang-barang berharga di kamar serta fan/kipas angin gantung di langit-langit kamar.

Namun fakta lain menunjukkan memang ukuran kamar ukuran single ini tidak terlalu luas dan dirancang hanya untuk yang tinggal seorang diri di kamar tersebut. Handuk dan peralatan mandi dikenakan biaya tambahan, kecuali kita bersedia untuk bawa sendiri dari rumah untuk menghemat biaya. Selain itu tidak tersedia televisi, sarapan pagi dan A/C pun harus bayar jika kita menginginkan dengan tarif Rp 40rb selama 12 jam dan bila  24 jam penuh dikenakan biaya Rp 55rb. Gue memilih yang 12 jam dan dinyalakan pada malam hari menjelang tidur sampai pagi hari.

Karena hotel buat gue hanya sebagai tempat istirahat (tidur) semata jadi buat gue dengan harga segitu dan fasilitas yang ditawarkan sudah cukup nyaman apalagi gue banyak melakukan aktivitas di luar hotel dari pagi sampai malam, jd hotel hanya benar-benar numpang tempat tidur doang.

Hari 2 :

04 November 2011 Karena hari ini tidak agenda apapun di pagi hari, maka gue manfaatkan untuk bangun siang karena gue benar-benar menikmati tidur di malam sebelumnya. Mungkin karena terlalu capek kali yah dan jam 09.30 gue baru beranjak dari tempat tidur. Sarapan pagipun gue lewatkan untuk gue gabungkan dengan makan siang alias brunch hehehe.

Pukul 10.30 gue sudah siap untuk meluncur ke kawasan Sanur dan target operasi kuliner siang ini adalah Warung Mak Beng di Jalan Hang Tuah. Suasana Kuta pagi itu sudah macet di sana sini dan cukup lama gue menunggu di pinggir jalan untuk menunggu taksi, membuat perut semakin terasa ditonjok apalagi gue memang belum sarapan pagi. Untung perjalanan ke Sanur cukup lancar dengan menempuh perjalanan sekitar 40 menit. Berapa ongkos taksi pagi ini? Cukup 65rb saja!


Warung Mak Beng merupakan salah satu tempat “wajib” yang harus didatangi bila berkunjung ke Bali. Pada saat tiba di lokasi, seperti biasa pengunjung sangat ramai dan beruntung gue mendapatkan tempat duduk yang kosong. Di tempat ini hanya menyediakan menu paket berupa Sop Kepala ikan+ikan goreng serta nasi putih. Jenis ikan yang disajikan yaitu ikan tenggiri (kalo ga salah yah). Rasanya sungguh nikmat apalagi supnya begitu segar ketika seruputan pertama masuk ke dalam mulut. Ikan gorengnya pun terasa garing dan menikmati kuliner di Warung Mak Beng ini benar-benar memberi sensasi yang berbeda. Tak heran gue harus nambah  nasi 1 porsi lagi karena memang 1 porsi belum cukup buat gue hahahaha. Harga yang dibayarkan untuk kelezatan itu berapa? Hanya Rp 35rb dengan pelengkap minuman teh botol.


Selesai makan, gue iseng-iseng bertanya kepada seorang bapak yang kebetulan makan satu meja dengan gue mengenai jarak Sanur ke Nusa Dua yang bakal gue kunjungi sore ini untuk menyaksikan turnamen di hari ke-2. Beliau menyarankan gue untuk naik bus Trans Sarbagita. Gubrak.....saat itu gue baru nyadar kalo gue udah pernah tahu bus ini sebelumnya di Jakarta bahkan gue follow akun Twitter mereka, namun gue gak terpikirkan untuk mencobanya ketika sudah tiba di Bali sampai sang bapak ini merekomendasikan ke gue. Terima kasih ya pak......

Lokasi tempat makan ini sangat dekat dengan Pantai Sanur hanya sekitar 20 M dan selesai makan gue mampir sejenak untuk bersantai sembari menurunkan isi perut. Suasana pantai siang itu memang sepi dari aktivitas manusia karena matahari sedang terik-teriknya bersinar dan hanya terlihat beberapa orang saja yang lalu lalang serta bersantai di bawah pepohonan rindang. Setelah meminta tolong orang yang lewat untuk mengambil foto diri gue, tanpa berlama-lama segera gue berlalu dari Pantai Sanur untuk menuju Nusa Dua.

Tanpa gue sadar baterai di Blackberry gue sudah menunjukkan warna kuning dan sudah dalam kondisi kritis. Sebenarnya gue membawa batere cadangan namun gue khawatir itupun tidak akan cukup karena gue bakal berada di lokasi pertandingan sampai malam hari. Karena masih mempunyai cukup waktu sampai pertandingan yang akan digelar sore itu, maka gue mampir ke sebuah warnet masih di kawasan Sanur hanya untuk numpang men-charge BB. Ketika gue tanya tarif warnet di situ dijawab 25rb/jam membuat mata gw terbelalak. Kok mahal sekali? Tanya gue. Dijawab, iya ini harga turis. Kurang ajar, mentang-mentang berada di kawasan wisata harganya pun dipatok standar turis. Mau protes juga percuma karena gue ke situ juga dengan status sebagai turis walaupun kenyataannya hanyalah seorang turis kere hehehe.

Satu jam cukup utk membuat baterai BB gue penuh kembali dan segera gue beranjak untuk menuju halte bis Trans Sarbagita yang berjarak sekitar 200M dari warnet. Halte bis Trans Sarbagita ini ukurannya kecil dan sangat sederhana. Cukup lama gue menunggu sampai bis Trans Sarbagita dengan rute Batu Bulan (Gianyar)-Nusa Dua tiba yaitu sekitar 20 menit, mungkin karena armadanya juga tidak terlalu banyak, begitu pikir gue. Memasuki bis yang saat itu penumpangnya sedikit sekali sehingga gue bisa bebas memilih tempat duduk yang kosong.


Tipikal bis Trans Sarbagita ini mirip dengan bis Trans Jakarta, bedanya tidak terdapat jalur khusus untuk Trans Sarbagita jadi menyatu dengan semua kendaraan di jalan raya. Selain itu ongkos tiketnya dengan harga Rp 3.500 dibayar di dalam bis kepada sang kernet. Suasana bis sangat nyaman, bersih dan sejuk.


Perjalanan ke Nusa Dua ditempuh selama hampir 1.5 jam karena sempat terjebak kemacetan di beberapa titik. Gue benar-benar beruntung karena rute bis ini ke Nusa Dua melewati Westin Resort lokasi pertandingan digelar sehingga gue hanya perlu sedikit berjalan kaki untuk masuk ke dalam komplek hotel menuju lokasi pertandingan.

Turnamen hari ke-2 menggelar 2 pertandingan yaitu Marion Bartoli (FRA) vs Anabel Medina Garrigues (ESP) di pertandingan pertama pukul 17.30 serta Sabine Lisicki (GER) vs Daniela Hantuchova (SVK). Tepat pukul 17.30 partai Marion Bartoli Vs Anabel Medina dimulai dan penonton disuguhkan permainan yang sungguh berkualitas dari kedua pemain. Marion Bartoli, pemain dengan tipe 2 tangan dengan pukulan kerasnya baik forehand maupun backhand menggebrak pertahanan Anabel Medina. Namun Anabel tidak pantang menyerah dan terus meladeni permainan Marion Bartoli sehingga mereka saling berbagi angka 6-4 untuk Marion di set pertama dan 7-6 untuk Anabel di set kedua. Malang bagi Marion Bartoli, ketika memasuki set ke-3 dan dalam kedudukan 1-0, dia mengalami cedera dan kram pada kaki kanannya. Sembari menangis menahan kesakitan, akhirnya Bartoli menyerah dan memberikan kemenangan kepada  Garrigues. Sungguh sangat disayangkan cedera yang menimpa Marion Bartoli, padahal dia termasuk pemain yang diunggulkan untuk menjuarai turnamen ini.



Partai ke-2 yang mempertemukan Sabine Lisicki (GER) Vs Daniela Hantuchova yang berlangsung pukul 20.00 berlangsung kurang menarik. Hantchucova hanya memberikan perlawanan di set pertama dan banyak kesalahan yang dibuat oleh Hantchucova sehingga pertandingan hanya berlangsung lebih kurang 1.5 jam dan akhirnya dimenangkan oleh Lisicki dengan score  7-5, 6-2.


Selesai pertandingan gue menelpon Pak Putu untuk menjemput gue ke lokasi pertandingan, dimana pada siang hari gue sudah membuat janji dengan beliau. Cukup lama gue menunggu Pak Putu hampir 45 menit karena beliau sedang mengantar penumpang.  Saat menunggu kedatangan Pak Putu, terjadi gempa bumi di kawasan Nusa Dua dengan skala 5.8 reichter. Pantes gue heran, kok tanah yang gue injak terasa bergoyang. Setelah mendengar pengunjung lain berteriak gempa....gempa...gue baru sadar apa yang sedang terjadi hehehehe. Akhirnya kami semua dievakuasi oleh petugas security di lapangan terbuka di depan hotel dan untung tidak berapa lama kemudian Pak Putu tiba untuk menjemput gue. Segera kami meluncur meninggalkan kawasan Nusa Dua menuju kawasan Kuta dan gue langsung meminta Pak Putu untuk mampir dulu ke warung soto untuk makan malam. Kali ini gue makan ditemani Pak Putu karena kebetulan beliau juga belum makan malam saat itu. Gue memesan soto ayam biasa sedangkan Pak Putu memesan soto ceker ditambah dengan teh botol (Pak Putu nasinya nambah loh, laper banget kayaknya dia malam itu hehehee) semua makanan tersebut dibayar dengan harga Rp 65rb.

Tiba di hotel waktu telah menunjukkan pukul 00.00 berarti sudah masuk hari Sabtu dan rasanya enak sekali malam ini mandi dengan guyuran air panas dengan pancuran yang super deras andalannya Tune Hotels. Dan akhirnya gue pun pules dengan sukses malam itu menikmati empuknya spring bed kamar hotel hehehehe.

Hari 3 :

05 November 2011 kembali gue melewatkan sarapan pagi hari ini dengan bangun siang dan gue gabungkan sarapan pagi dengan makan siang. Target kuliner siang ini yaitu Rumah Makan Plengkung di Jln Raya Kuta yang mengarah ke Airport Ngurah Rai, sederet dengan Joger sang raja kaos itu. Sebelum menuju Plengkung, gue mampir sejenak ke pantai Kuta. Belum sah rasanya kalo ke Bali tidak mampir ke Pantai Kuta hehehe. Plengkung merupakan langganan tetap setiap gue berkunjung ke Bali. Rumah makan ini sejatinya menyediakan masakan khas Jawa Timur namun ada beberapa menu lain juga yang bukan khas Jawa Timur seperti Plecing Kangkung yang termasuk favorit gue di sini.


Ok, tiba saatnya memilih menu dan kali ini pilihan jatuh kepada Ikan Baronang Bakar, Plecing Kangkung dan tahu kipas. Ikan bakar dengan ukuran sedang yang dibalur dengan bumbu khas ini + sambalnya yang mantap sungguh membuat nafsu makan gue bergejolak ditambah dengan pedasnya sang plecing kangkung sungguh membuat gue lupa diri bersantap siang itu. Dalam sekejap 1 porsi nasi habis gue lahap sedangkan lauk masih menantang untuk dihabiskan sehingga mau tak mau memaksa gue untuk menambah lagi 1 porsi nasi. Sang tahu kipaspun ikut menyemarakkan kenikmatan kuliner siang itu sehingga cukup untuk membuat perut gue terengah-engah hehehehe. Berapa harga yang gue bayar untuk makan siang itu termasuk Aqua ukuran sedang 600ml ? sekitar 75rb, harga yang cukup moderat untuk kenikmatan yang memang sebanding.


Kaki melangkah keluar setelah membayar di kasir dan gue celingak celinguk mencari ojek untuk mengantar gue ke Nusa Dua kembali. Turnamen hari ke-3 ini memasuki babak semi final dan akan digelar mulai pukul 14.00, sehingga gue buru-buru mencari ojek, selain bisa irit ongkos juga dapat menghindari kemacetan dibanding gue menggunakan taksi. Setelah bertanya kepada tukang parkir di sekitar situ gue diantar kepada seorang tukang ojek. Transaksi pun berlangsung dan ketika gue menanyakan tarifnya, sang sopir ojek mengatakan tarifnya serelanya. What? serelanya? Gue bingung juga untuk memasang harga, kemudian gue jawab sekenanya dengan menyodorkan tarif Rp 50rb dan langsung disetujui oleh sopir ojek yang bernama Bli Artha.

Perjalanan baru 15 menit di tengah kemacetan, ojek yang gue tumpangi ditabrak oleh motor lain dan gue sempat terjatuh. Sempat shock sesaat, namun gue bersyukur tidak mengalami apa-apa hanya sedikit merasakan cenat cenut di kaki kanan. Jarak Kuta-Nusa Dua ditempuh hanya dalam waktu 30 menit dengan menggunakan ojek dan gue tiba si Westin Resort sekitar pukul 13.30. Sebelum berpisah sang sopir ojek memberi gue kartu nama dan berpesan silahkan hubungi dia seandainya ingin dijemput seusai pertandingan (wuih....keren juga sopir ojek punya kartu nama segala hehehe).

Partai semi final pertama yang dimulai pukul 14.00 mempertemukan Sabine Lisicki (GER) Vs Anabel Medina Garrigues (ESP). Pertarungan kedua pemain berlangsung seru dan seimbang dan kedua pemain juga saling berbagi point ketika sama sama memenangkan satu set dengan score 6-3 untuk Garrigues di set pertama dan 6-4 untuk Lisicki di set kedua. Namun drama yang menimpa Marion Bartoli yang secara dramatis harus mundur akibat cedera, kali ini juga terjadi pada Lisicki di set ke-3 ketika Garrigues untuk sementara unggul 4-0. Secara menyesakkan Lisicki harus menyerahkan kemenangan kepada Garrigues dan Garrigues sungguh beruntung 2x pertandingan tanpa harus menuntaskan semua permainan dan akhirnya melenggang ke partai puncak yaitu partai final!



Ana Ivanovic (SRB) melengkapi partai semifinal kedua berhadapan dengan Nadia Petrova (RUS). Dengan dukungan sebagian besar penonton (termasuk gue) ditambah dengan akurasi pukulan yang nyaris sempurna membawa Ana Ivanovic ke partai final dengan menumbangkan Nadia Petrova 6-1, 7-5. Tampak pendukung Ana turis warga Serbia yang sedang berda di Bali memberikan dukungan secara antusias buat Ana.



Sewaktu bubaran usai pertandingan,  gue menuju toilet karena merasa ada yang tidak beres dengan perut gue (mungkin kebanyakan makan sambel di Plengkung tadi siang) . Sembari melamun di dalam bilik termenung, mata gue tertuju pada suatu benda warna hitam yang sekilas mirip dengan dompet tergeletak di bawah sekat pemisah toilet. Dan setelah gue pungut, ternyata benar dompet seseorang yang terjatuh di dalam toilet dan sang pemilik tidak menyadarinya. Akhirnya gue bongkar dompet tersebut dengan maksud untuk mencari identitas pemilik siapa tahu ada tercantum nomor HP yang bisa gue hubungi. Ternyata dari kartu nama pemilik dompet sang pemilik adalah Vice President Corporate Communications Bank Commonwealth di Jakarta. Setelah keluar, gue langsung menghubungi pemilik dompet dan gue bisa melihat kegembiraan yang terpancar dari wajahnya saat tahu dompetnya kembali lagi. Hm....indahnya berbagi hehehehhe.

Karena waktu masih menunjukkan pukul 19.00 maka gue putuskan kembali ke hotel di kawasan Kuta dengan naik bus Trans Sarbagita kembali. Lumayanlah bisa mengirit dalam jumlah yang besar  (bayangkan Rp 3,500 berbanding Rp 100rb). Gue menunggu sekitar 20 menit di tempat pemberhentian bis di depan Hotel Grand Hyatt Nusa Dua dan perjalanan ditempuh sekitar 1 jam. Bus berhenti di Kuta Central dan gue sambung lagi ke Kuta Square menggunakan taksi dengan ongkos sekitar Rp 22rb. Setiba di hotel gue beristirahat sejenak dan mandi serta bersih-bersih. Karena kondisi fisik yang lumayan capek maka gue putuskan untuk makan malam sekitar hotel saja dan pilihan malam ini jatuh kepada.......................KFC hehehehe. Selesai makan gue jalan-jalan sebentar di sekitar kawasan Kuta Square dan karena mata telah merasa ngantuk sehingga memaksa gue untuk kembali ke hotel untuk berkemas-kemas karena esok pagi gue akan terbang kembali ke Jakarta.

Hari 4 :

06 November Hari ini adalah hari terakhir gue di Bali karena harus kembali ke Jakarta. Sangat disayangkan memang gue tidak sempat untuk menyaksikan partai puncak (final) yang mempertemukan Ana Ivanovic (SRB) dan Anabel Medina Garrigues (ESP). Pertandingan final sendiri digelar pukul 13.00 sedangkan jadwal pesawat gue pukul 09.30. Pertandingan final tersebut akhirnya dimenangkan oleh Ana Ivanovic yang secara  dramatis mengalahkan Anabel Medina Garrigues dengan score 6-3, 6-0. Ini adalah gelar ke-2 bagi Ana, setelah menjuarai turnamen serupa di tahun sebelumnya.


Walaupun tidak sempat menyaksikan secara langsung partai pamungkas, namun gue cukup puas telah menyaksikan secara langsung pertandingan selama 3 hari berturut-turut sebanyak 5 partai. Namun satu hal yang membuat gue sedih karena ini adalah turnamen perpisahan dan sesuai dengan kontrak resmi antara penyelenggara yaitu Asosiasi Tenis Profesional Wanita (WTA) dengan pihak sponsor Bank Commonwealth, turnamen hanya digelar sebanyak 3 kali selama 3 tahun berturut-turut. Penyelenggaraan tahun 2012 akan dilaksanakan di Sofia (Bulgaria). Semua pihak sangat sedih mulai dari penonton, pemain dan semua pihak yang terlibat karena pesona Bali sudah terlanjur melekat dalam diri mereka. Semoga di tahun-tahun berikutnya terdapat turnamen pengganti di Bali mungkin dalam format turnamen kelas internasional (yg menyediakan hadiah minimal USD 220rb) sehingga Bali masih bisa menyajikan turnamen tenis yang berkelas dan berkualitas.

Diiringi hujan gerimis di pagi hari gue check out dari hotel dan langsung meluncur menuju bandara Ngurah Rai. Suasana bandara pagi itu masih sepi karena memang tidak banyak penerbangan di pagi hari dan gue lihat di layar televisi yang menyediakan informasi penerbangan ada beberapa penerbangan yang dibatalkan pagi itu (mungkin pengaruh cucaa buruk). Seperti biasa sebelum terbang gue menunggu di Airport Lounge untuk menikmati sarapan pagi. Tepat Pukul 09.30 pesawat Air Asia lepas landas menuju Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.  

Seperti biasa sebelum terbang gue menunggu di Airport Lounge untuk menikmati sarapan pagi. Tepat Pukul 09.30 pesawat Air Asia lepas landas menuju Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.   


1 comment:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete